Insentif

Ada sebuah mental model yang bernama insentif.

Insentif adalah sebuah ide bahwa kita bisa memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, jika kita mengetahui apa “reward” yang diinginkan oleh mereka.

Tidak semua orang memiliki reward yang sama; ada yang butuh uang, waktu, kebebasan, pengembangan diri, dan banyak lagi.

Setiap orang bergerak karena insentif. Bahkan kalau kita mau terapkan lebih jauh, semua makhluk hidup bergerak atas dasar insentif. Teori evolusi bahkan terjadi karena insentif.

Charlie Munger, investor #1 dunia berkata: “show me the incentives, and I will show you the outcome”. Dia beranggapan bahwa banyak peristiwa besar di dunia ini, bisa dijelaskan dengan konsep insentif.

Contoh sederhana, kenapa ada orang yang bisa dengan mudahnya dibajak akun media sosialnya? Jelas karena hacker memahami ilmu insentif. Dia tau apa yang bisa memotivasi orang tersebut untuk menyerahkan account-nya.

Bisa dengan menggunakan email peringatan yang menyerupai FB dan mereka diminta mengisi email dan password, ada yang menggunakan phone call dan menggiring untuk memberikan OTP code, dan lain banyak lagi triknya.

Makanya kalau Anda ingin belajar ilmu insentif lebih dalam, pelajari saja bagaimana cara penipu bekerja. Cara mereka membangun kepercayaan orang, cara mereka mempengaruhi, memberikan rasa takut, sehingga kita bisa action.

Nah, dalam sebuah kejadian, bisa jadi ada orang yang melakukan sesuatu hal yang sama tapi insentifnya berbeda.

Dulu saya punya teman waktu SMA, suka sekali ngoprek komputer, sama dengan saya. Kami ke toko komputer bersama, belanja bersama. Tapi insentif kami berbeda.

Insentif saya, hobi. Saya suka aja ngoprek komputer. Jadi semacam kegiatan sampingan. Sementara teman saya, insentifnya bisnis. Dia fokus memahami spesifikasi komputer, mencari supplier yang murah, sampai mempelajari cara orang berjualan.

At the end, saya hanya berakhir sekedar hobi, yang berganti jadi hobi yang lain karena makin lama komputer makin gak relate dengan pekerjaan saya karena upgrade hardware yang begitu cepat. Sementara teman saya, berbisnis di situ, sampai akhirnya membesar dan menjadi mata pencahariannya.

Kegiatannya sama, insentifnya berbeda.

Contoh saya di atas, ini sisi positif.

Ada sisi “setan” di balik ilmu insentif ini.

Kenapa saya masih bisa sejalan dengan teman saya waktu itu, walau insentif kami berbeda? Karena dia punya insentif juga untuk menjaga hubungan pertemanan dengan saya.

Padahal dia bisa saja mempengaruhi saya untuk membeli dagangannya, membuat review asal-asalan, lalu “menjerumuskan” saya. Akan mudah buat dia melakukan itu, karena kita ada di hobi yang sama.

Be careful.

Dari pengalaman saya, agar kita hidup semakin positif, carilah orang-orang yang punya insentif untuk menjaga hubungan baik dengan kita, dalam kurun waktu yang panjang.

Orang baik dengan kita pasti ada maunya, it’s okay & no problem. Tapi kita harus memastikan bahwa maunya dia tetap dibungkus dengan keinginan untuk memelihara kebaikan di masa depan.

Bagaimana cara memastikannya? Hanya waktu yang bisa memberi jawaban utuh & lengkap. 😁

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top