Mengintip Nasib Pekerjaan Manusia di Masa Depan

Tahun 2017 lalu ada tonggak sejarah penting yang bisa menjadi semacam sinyal bahwa akan ada sebuah revolusi besar di masa depan. Peristiwanya adalah ketika komputer Google AlphaZero berhasil mengalahkan Stockfish 8.
Fyi, Stockfish 8 adalah sebuah komputer yang memenangkan kompetisi catur dunia tahun 2016. Komputer ini berisi akumulasi algoritma ratusan tahun pengetahuan & pengalaman catur manusia dan puluhan tahun pengalaman catur komputer.
Semua kemampuan catur manusia & komputer digabung, nah itulah Stockfish 8.
Sedangkan AlphaZero, apa isinya? Nggak ada pengetahuan catur dari luar sama sekali. Bahkan strategi apapun tidak diajarkan.
Stockfish 8 mampu menghitung 70 juta langkah catur per detik, AlphaZero cuma 80 ribu kalkulasi per detik. Jauh.
Kelebihannya “hanyalah” AlphaZero berisi algoritma AI terbaru, self-learning. Cara belajarnya adalah dengan mengalahkan dirinya sendiri.
Dari 100 pertandingan, AlphaZero mengalahkan Stockfish 8 sebanyak 28 kali, dan seri 72 kali.
AlphaZero tidak pernah kalah. Yang lebih mencengangkan, AlphaZero hanya butuh waktu 4 jam untuk “bermain sendiri” sebelum dia bertanding dengan Stockfish 8. Artinya ia mampu berubah dari newbie menjadi maestro hanya dalam waktu 4 jam!
—-
Cerita ini saya dapat dari buku 21 lessons of 21st century, karya Yuval Noah Harari. Asli, saya mendadak takut sendiri. Masa depan umat manusia tampak mencekam. Banyak pekerjaan umat manusia yang akan hilang karena AI & automation, khususnya pekerjaan yang bersifat pengambilan keputusan dengan sejumlah data, seperti insinyur & dokter.
Jika teknologi manusia sudah bisa membuat AlphaZero, maka bukan hal yang mustahil banyak pekerjaan yang akan hilang.
Contoh, kemarin saya konsultasi dokter hewan sudah melalui Halodoc. Mungkin 20 tahun lagi Halodoc akan berisi virtual doctor, kita konsultasi ke komputer.
Pekerjaan marketing juga sudah mulai “digantikan” oleh teknologi seperti Google & Facebook ads seiring perilaku manusia dalam membeli yang berubah.
Yang semula seorang marketing harus punya kemampuan “meramal” kondisi market, sekarang pemilik bisnis “tinggal” mengambil data dan bahkan bisa langsung diputuskan kepada siapa sebuah barang harus dijual. Pekerjaan direktur marketing mulai “hilang” dan terpecah-pecah mulai content manager, brand manager, creative manager, hingga media placement manager.
Lama-lama ruang kerja manusia akan bergeser ke “support system” bagaimana AI ini bisa beroperasi dengan baik. Makin lama manusia akan dituntut untuk semakin expert, dimana jumlahnya pasti nggak banyak.
Lalu bencananya di mana?
Di masa depan akan muncul kesenjangan ekonomi yang semakin tinggi, yang menurut saya grafiknya akan mengikuti hukum Moore; eksponensial.
Harari meramalkan akan muncul “useless class”, yakni kelompok orang yang berada di angkatan kerja namun mereka tidak lagi relevan terhadap peluang kerja yang ada.
Mungkin dulu tukang becak bisa cepat belajar menjadi ojek ketika terjadi gelombang teknologi motor memasyarakat. Tapi bisakah mereka menjadi AI programmer misalnya?
Kelas ini akan menjadi semakin besar kuantitasnya, dan bisa menjadi bola liar dalam sebuah peradaban. Umat manusia akan dihadapkan pada isu sangat besar seperti pada bidang kesehatan & pendidikan (seperti yang sekarang sudah kita rasakan).
Lho terus kalau manusia nggak bekerja, siapa yang beli barangnya?
Ini lebih ngeri.
Mereka para AI dan robot bisa saling transaksi sendiri. Misal: bisa jadi yang beli teknologi robot adalah perusahaan tambang, dan perusahaan tambang menjual hasil tambang ke perusahaan robot. Mereka bisa bertransaksi tanpa “membutuhkan” manusia. Mereka bisa menambang ke planet-planet di luar angkasa yang jumlahnya tak terbatas dan itu semua membutuhkan robotics.
Saat ini pun, saya sendiri “membeli” iklan dari AI-nya Google & FB. Kalau bisnis saya makin berkembang, bukan tidak mungkin decision making di dalam bisnis saya dikerjakan oleh AI juga dan AI ini yang beli iklan dari AI-nya Facebook. Jadi saling belanja sendiri gitu.
Fiuhhh..
Terus terang saya menulis ini dengan heart rate yang lebih tinggi dari biasanya. Isu pembahasannya sampai memasuki, model ekonomi dan pemerintahan seperti apa yang harus segera diadopsi oleh negara-negara. Seru & menegangkan.
Saya menyarankan Anda membaca buku ini jika ingin sedikit “melongok” ada apa di masa depan. Ancaman-ancaman seperti apa yang akan kita hadapi, bisakah kita menjadi terus relevan, harus dituntun ke mana generasi setelah kita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top