Keyakinan Gila

Sejak dulu saya jarang sekali membuat target dalam hal apapun, khususnya di dalam kehidupan. Mungkin itu yang membuat kehidupan saya sekarang biasa-biasa saja.

Saya berprinsip bahwa hidup seperti air mengalir. Memang air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Lebih fundamentalnya, air mengalir ke tempat yang rendah karena memang terdapat gaya gravitasi bumi yang menarik air untuk semakin mendekat dengan bumi.

Kuncinya adalah gravitasi.

Gravitasi perjalanan hidup bagi saya adalah perbaikan. Hari esok harus lebih baik daripada hari ini. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hidup harus berotasi pada perbaikan.

Akan berakhir dimana menjadi tidak penting lagi ketika kita selalu mengalami perbaikan.

Namun ternyata hal ini tidak bisa mudah terinternalisasi di sebagian besar orang. Perubahan itu bagi mereka harus dipicu oleh target yang terlihat oleh mata, dan ini terjadi di dalam tim bisnis saya.

Bisnis saya mengalami sideways selama beberapa tahun, ya naik, ya turun, ya mendatar, begitu saja. Tidak gegap gempita. Yang harusnya mengalami kemajuan perbaikan, tapi ternyata ide air mengalir ini tidak bergerak serentak di banyak orang.

Beberapa orang membutuhkan momentum untuk bergerak, dan momentumnya adalah sesuatu yang disebut target.

Saya tidak menganggap ini buruk. Saya menyadari bahwa memang jalur berpikir setiap orang berbeda-beda dalam menciptakan pengaruh dan perbaikan. Saya harus mengikuti yang mayoritas.

Oleh sebab itu, untuk mengomunikasikan sebuah perbaikan yang terus-menerus kepada tim bisnis saya, bahasa perubahan itu saya terjemahkan menjadi target.

Saya menargetkan target ambisius: Rp 1 T gross revenue di tahun 2026, dengan profit minimal 10%.

Mudah-mudahan cukup gila untuk percaya target yang saya tuju

Lha dalah!

Terus terang di awal saya merasa norak. Saya “merasa” terbelenggu oleh angka-angka dan dunia, alih-alih kebermanfaatan. Harusnya target itu:

  • Melayani 1 juta customer,
  • Menciptakan 1 juta produk,
  • Mencetak 1 juta reseller,
  • dan sejenisnya

Tapi saya kembali ke prinsip cara berpikir otak manusia.

Kalau itu tidak sederhana, hal itu tidak akan masuk ke dalam kepala. Terlalu mbulet kalau saya harus membungkus target-target dengan aksi turunannya. Haram untuk ruwet.

Pokoknya Rp 1 T, profit 10%. Titik!

Hal itu kemudian membuat otak dan syaraf saya berkontraksi. Bagaimana mungkin kami yang bukan siapa-siapa, bukan anak sultan, bukan circle sultan, bukan sultan, berani memasang mimpi yang iseng dan gila??

Oke yang penting sekarang diukir dulu. Cara menuju ke sananya belum tau, belum terdefinisi, belum diterjunkan menjadi misi. Saya percaya ini bisa dicapai, dan pasti dengan cara-cara yang tidak biasa.

Yakin.


Ditulis saat itikaf malam ke-21 Ramadhan 1444H. Semoga ikut terbawa ke langit dan tidak ditertawakan oleh malaikat

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top