3 Langkah Mengembangkan Generating Income Skill

Kalau Anda perhatikan sekelilling, tren masyarakat mulai bergeser. Yang tadinya berorientasi kerja kantoran, sekarang sudah mulai tumbuh jiwa-jiwa ingin jadi pengusaha atau entrepreneur. Mulai tumbuh keinginan untuk berwirausaha sendiri.

Akhirnya karena ada kebutuhan informasi, berkembanglah seminar cara menjadi pengusaha. Seminar ya, bentuknya hanya mendengarkan orang ceramah dan motivasi. Mereka yang “kebakaran” langsung resign, dan kemudian buka usaha. Sebagian lainnya ada yang kerja sambil bisnis; sembari mencari tahu kapan waktu yang tepat untuk resign.

Nah, ada nggak sih langkah-langkah informasi apa yang harus kita konsumsi dulu sebelum mengambil langkah radikal? Saya akan membagikan pengamatan sederhana saya terhadap apa yang sudah saya lalui selama ini.

1/ Belajarlah menghasilkan uang secara aktif

Hal pertama yang harus Anda pelajari sebelum bicara tentang investasi, saham, bisnis, dan lain sebagainya adalah: belajarlah menghasilkan uang secara aktif.

Maksudnya gimana mas?

Kalau Anda sudah dalam posisi bekerja pada orang lain, maka Anda bisa mulai dari menjadi self employee. Bekerja untuk diri sendiri yang membutuhkan sebuah hard skill. Kata kuncinya disini adalah HARD SKILL. Anda harus punya sebuah skill yang bisa Anda andalkan untuk diri Anda sendiri. Skill apakah itu? Ada 2 skill saja:

  • Sales/berjualan
  • Membuat produk tertentu yang bisa dijual

Selama Anda belum memiliki 2 jenis skill tersebut, maka (menurut saya) jangan berbicara untuk menjadi entrepreneur. Apalagi investor.

Berjualan bisa online, bisa offline. Dulu saya bergabung dengan banyak MLM untuk belajar psikologi marketing, cara memprospek orang, cara berbicara dengan orang, cara networking, dan sebagainya. Saya juga mempelajari sangat mendalam tentang bagaimana berjualan di Facebook melalui Facebook ads. Fokus saya hanya 1: meningkatkan skill jualan yang saya punya.

Saya belajar cara membuat copywriting, cara membuat offer, cara meng-handle kebutuhan konsumen, yang semuanya itu adalah hard skill. Saya amati rata-rata mereka yang berhasil, memiliki sebuah hard skill.

Pantangan di fase ini adalah: jangan bicara strategi. Level Anda masih bicara taktik. Anda masih balok 1. Belum jadi jenderal. Tugas Anda masih lapangan. Tangan Anda harus kotor. Muka Anda harus berdarah-darah. Strategi cepat kaya? STOP. Anda belum bisa taktik, belagak ahli. Belum pernah jualan, belum pernah menghasilkan uang, mau belajar cara uang beranak uang. Satu kata: bullshit.

Anda belum butuh ilmu “strategi funnel”, “strategi mencaplok bisnis”, “langkah membeli bisnis”, “beradaptasi dengan marketing 4.0”, dan segala macam hal-hal teori lainnya.

Anda belum butuh bacaan Michael Porter, Six Sigma, Boston Matrix, dan sejenisnya. Saya nggak bilang itu tidak penting. Saya bilang: belum saatnya.

Yang harus Anda pelajari:

Bagaimana cara memasang iklan di Facebook, cara membuat landing page, cara memilih barang yang laku di pasaran, cara mem-followup customer, cara membuka akun di Amazon, dan sejenisnya. See? Paham maksud saya? Level taktik. Level kongkrit implementasi lapangan.

Nanti jika sudah tiba saatnya, baru Anda bisa menginjak tahap berikutnya.

2/ Belajarlah Cara Menjalankan Bisnis dengan Benar, Profit, dan Berkembang

Nah, Anda sudah sampai di fase berbisnis. Uang sudah masuk, Anda tau gimana caranya menjual, Anda tau gimana caranya memilih/membuat produk yang disukai market.

Sekarang yang Anda perlu tau adalah bagaimana cara menjalankan bisnis. Ilmu yang harus Anda pelajar paling utama disini adalah software-nya dulu: ilmu mengelola manusia, alias leadership. Titik. Itu dulu.

Cara belajarnya gimana? Tidak bisa text book. Anda harus banyak dengar leader lain berbicara dan mellihat cara mereka memimpin. Tindak tanduk, bahan bacaan, teman-temannya, langkah-langkahnya, dan sebagainya. Persis saat Anda lagi mempelajari tokoh leadership dalam agama, misal agama Islam Rasulullah SAW.

Perhatikan bagaimana cara idola Anda mengambil keputusan, dan renungkan keputusan seperti apa yang diambil.

Setelah Anda belajar software leadership, Anda lanjutkan belajar hardware-nya, yaitu tata kelola bisnis. Mulai dari aspek produksi, legal, keuangan, dan manajerial. Pelajari pelan-pelan, tidak usah terburu-buru. Dari semua software, yang pertama harus Anda kuasai adalah keuangan. Dari semua aspek keuangan yang ada, yang harus Anda pelajari duluan adalah PENCATATAN. Nah ini sudah saya kasih pareto-nya semua. Anda tinggal jalankan saja.

Seiring berjalannya waktu, Anda mulai masuk ke level strategi bisnis, karena bisnis Anda mulai menghadapi persaingan. Mulailah Anda masuk materi-materi jenderal. Materi strategi bisnis, positioning, competition, dan sebagainya. Anda juga mulai masuk ke manajemen inovasi, pengembangan produk, ekspansi, dll.

Perlahan tapi pasti, Anda mulai paham, bagaimana bisnis yang sesungguhnya.

3/ Belajarlah Cara Berinvestasi

Bisnis Anda sudah berjalan. What’s next?

Belajarlah menganalisa bisnis orang lain. Caranya? Berinvestasi. Ilmu yang dipakai adalah ilmu yang sudah Anda pelajari di step 2. Kalau Anda skip step 2, maka di fase ini akan menjadi neraka buat Anda. Banyak cerita sudah kita dengarkan, pensiunan BUMN ditipu oleh artis, kehilangan uang miliaran, gara-gara terjebak dalam investasi bodong.

Orang yang ditipu oleh para penipu itu adalah orang yang nggak mau menjalani step 2, tapi ingin segera kaya. Makanya saya katakan orang yang bangkrut itu hanya ada 2 jenis: foolish and greedy.

Bab ini, nanti saja pembahasannya, karena saya pun juga masih sangat newbie disini. Tapi setidaknya kita sudah tau dulu, roadmap kita seperti apa.

Pada bab-bab ini, Anda mulai mengenal instrumen keuangan, platform untuk investment, strategi investasi, pasar saham, dan istilah investasi yang lain. Banyak orang yang langsung melompat ke level ini, tapi pada waktu mulai membahas fundamental investing, mereka nggak punya sense sama sekali, bagaimana bisnis yang baik itu berjalan. Makna dibalik rasio-rasio seperti PBV dan EPS itu apa, leadership seperti apa yang bisa memimpin perusahaan, dan sebagainya. Sense itulah yang paling penting. Bisa saya bilang, maha penting. Sense itu tidak bisa diajarkan, hanya bisa dirasakan dan ditumbuhkan pelan-pelan melalui pengalaman.

Tiga hal diatas, Anda boleh setuju, boleh tidak. Semoga bermanfaat.

Scroll to Top