10 Saran Saya Seputar Uang, Bank, dan Pengendalian Diri

Buat saya, orang yang kehilangan aset/harta itu cuma 2:

  • Foolish (bodoh)
  • Greedy (rakus)

Ini hasil melihat ke dalam diri saya sendiri beberapa tahun silam. Apa sekarang saya sudah nggak bodoh & rakus? Masih.. Tapi sekarang kebetulan sudah dan masih belajar dari dosa masa lalu & lebih hati-hati.

Nah.. Dari situ akhirnya saya membangun kontrol. Beberapa kontrol yang saya bangun ke dalam diri saya sendiri:

Daftar Isi

1. Bodoh kalau menjaminkan rumah saya, tempat tinggal saya, ke bank. Ini adalah stupidity to the max 

Ketika Anda meminjam uang (kepada siapapun, bukan hanya bank), maka orang tersebut akan mengharapkan pengembalian dana.

Apa jaminannya uang dia kembali?

Yang paling utama adalah jelas bisnis Anda sendiri. Itulah sebabnya pihak tersebut selalu memverifikasi bisnis Anda. Apa saja yang di cek?

  • Berapa lama usia bisnis Anda?
  • Berapa profitnya?
  • Tertib atau nggak dalam operasional bisnisnya? Ada sistem yang jelas?
  • Pelanggannya siapa? Menggunakan kontrak penjualan atau sistem penjualan langsung?
  • Pernah punya masalah nggak dengan pihak lain? Bagaimana reputasinya?
  • dan seterusnya.

Intinya pihak tersebut tidak ingin meminjamkan uang kepada orang yang tidak layak dipinjami. Karena dia tidak mau rugi, kan?

Barulah kemudian, ada jaminan berikutnya, berupa aset fisik.

Apa aset fisiknya? Ya lokasi usaha itu sendiri! Jadi aset fisiknya, memang digunakan untuk menjalankan usaha tersebut. Mendukung kelancaran usaha itu. Masuk dalam neraca perusahaan.

Kalau aset fisiknya malah rumah yang kita tempati.. Ya.. Nggak nyambung ya.. Campur aduk antara bisnis dan pribadi. Wong pada dasarnya bisnis dan pribadi itu HARUS BERCERAI. Maksudnya, harta pribadi dan bisnis harus benar-benar terpisah dan terlepas. Lah ini malah digabungkan. Bodoh sejak asal mula berbisnis. Mau pakai sistem syariah ataupun non-syariah, jenis yang begini kecil kemungkinannya berhasil.

2. Bisnis yang ideal adalah “create money without money”. (Tanda petik ya).

Mas, saya nggak punya uang. Bisnis kan butuh uang!

Justru entrepreneur yang benar (menurut saya) bisa create money without money. Maksudnya gimana itu?

Kalau Anda memang mau jadi entrepreneur, ujian pertamanya justru itu! Gimana caranya menghasilkan uang tanpa uang. Saya bilang “tanpa uang” disini maksudnya bukan nggak pakai uang sama sekali. Hanya small amount of money.

Anda punya aset lain:

  • Fisik
  • Otak

Bagaimana membuat fisik dan otak Anda menghasilkan uang dengan cara legal dan halal? Nah itu PR entrepreneur pertama kali. Ah bab yang ini nggak usah saya perdalam, karena Anda sendiri tahu banyak peluang melimpah di luar sana. Bisa dengan dropship, freelance, dsb.

Mas, kan uangnya sedikit, saya maunya gede!

Ya putar terus sampai Anda tau titik dimana uang yang Anda butuhkan tercapai untuk memulai bisnis.

Misal: Anda mau bisnis distributorship sebuah herbal. Modalnya 100 juta. Maka cari peluang kerja, kumpulkan uang, dropship sesuatu, sampai terkumpul uang. Anggaplah Anda baru mampu tembus 40 juta. Nah sisanya nego dengan pemilik bisnis herbalnya untuk nyicil 60 juta sisanya. Jualannya dengan cara keliling, menitipkan ke toko-toko herbal. Kontrolnya tiap hari, bersama adik/kakak, dengan perjanjian bagi hasil karena belum mampu bayar gaji.

Jadi sedikit uang, campur banyak otot, dan banyak otak.

Disini membuktikan Anda punya strong-will untuk jadi enterpreneur atau nggak. Nggak mau? Yaudah kerja aja. Gak usah mimpi ada orang mau minjemin duit ke Anda.

3. Tidak membanjiri bisnis saya dengan uang orang lain jika bisnis saya tsb belum proven. Meskipun itu investasi dalam bentuk pinjaman, kerjasama, syirkah, atau apapun.

Bank punya istilah untuk orang yang bisnisnya belum proven. Apa itu? Bankable. Kalau bisnis Anda bankable, artinya boleh mendapatkan financing dari bank. Pada saat Anda mengajukan proposal untuk pinjaman dana, mereka akan riset bisnis Anda, membandingkan pola dengan ribuan bisnis lainnya yang pernah mereka pegang, lalu memutuskan, apakah bisnis Anda bankable atau nggak.

Perkara mau Anda ambil atau nggak uangnya, itu urusan Anda.

Nah masalahnya, banyak orang yang bisnisnya belum bankable, lalu mencari pendanaan dari “investor” yang tidak terjamin. Sampai disini campur aduk luar biasa. Berkali-kali saya melihat orang bilangnya “investor saya syariah mas” tapi pas saya lihat akadnya, wuih amburadul. Saya nggak melihat dari akad secara syariahnya, tapi benefit apa yang diterima oleh si pemilik bisnis. Rata-rata investor ini predator.

Maka yang saya lakukan terhadap diri saya, sebisa mungkin saya bertahan dengan uang yang ada saja selama saya membangun bisnis. Saya akan membangun fundamental bisnis saya terlebih dulu, menguji business model, dan memantapkan sistem, sembari saya membangun kredibilitas personal, kredibilitas bisnis, dan jadi orang yang amanah.

Percayalah, investasi di bisnis yang belum terbukti hanya akan merugikan semua pihak. Saya pernah menjadi orang yang diberi investasi dan gagal. Padahal akadnya sudah dibuat syariah. Tapi gagalnya bukan masalah syar’i atau tidak, melainkan saya yang tidak profesional. Investor rugi, marah-marah. Saya pun kehilangan waktu dan kredibilitas. Sedih dan pedih rasanya. Malu jadi orang bodoh.

4. Jangan pernah meminjam uang melebihi kapasitas bisnis saya.

Jika Anda sudah bankable, selamat. Artinya di mata “kapitalis” sekalipun, bisnis Anda “aman” jika ingin meminjam uang. Kembali saya katakan, ini terserah mau Anda ambil atau nggak kreditnya, karena bisa dibatalkan.

Kalau Anda beranggapan bahwa meminjam kepada bank haram, artinya Anda butuh sumber pendanaan lain. Nah pinjamlah uang dalam jumlah yang PAS. Jumlah yang memang sudah memperhitungkan resiko. Jangan pernah membanjiri bisnis dengan uang berlebih.

Uang adalah darah. Kalau kelebihan darah, Anda bisa mati. Pembuluh darah Anda bisa. meletus. Kalau kurang jumlah darah, Anda juga bisa mati. Seperti di film film, orang yang habis tertembak lalu mati karena kehabisan darah.

5. “Leveraging” bisnis dengan uang adalah jalan terakhir. Saya lebih suka leverage dengan “otak” dan “network” daripada dengan uang.

Leverage itu artinya pengungkit. Contoh: untuk mengangkat beban 1000 kg, Anda cukup menggunakan sistem seperti ini:

Tenaga Anda cuma 100 Pa. Tapi karena “lengan” besi yang digunakan sangat panjang, maka tenaga 100 Pa itu bisa mengangkat beban 100 ton. Semakin panjang lengannya, semakin Anda bisa mengungkit. Itulah leverage.

Nah lengan tersebut, bisa apa saja. Kebetulan Anda ingin mengungkit omset bisnis Anda jadi 10M per bulan dimana awalnya hanya 10 Juta per bulan. Apa ya bisa?

Tergantung isi kepala Anda. Kalau Anda pikir nggak bisa, ya nggak bisa.

Rata-rata orang mikirnya:

  • Naikin lah penjualannya,
  • Untuk naikin penjualan butuh produksi bahan baku lagi, harus beli bahan baku
  • Wah harus beli tempat lagi nih, butuh sekian miliar
  • Wah harus beli ini itu lagi, alat produksi, dsb

Akhirnya pinjam bank.

Kenapa nggak pakai cara lain?

  • Kerjasama dengan pemilik tempat, bagi hasil dengan skema yang sangat menarik
  • Kerjasama dengan supplier, karena supplier itu bisa jadi “investor” terbaik Anda
  • Kerjasama dengan cabang/reseller/dsb

dan sebagainya.

  • Pinjam uang, itu adalah leverage uang
  • Kerjasama itu adalah leverage network dan otak

Biasanya orang-orang yang lemah, langsung kepikiran awalnya leverage hanya uang. Makanya bank tumbuh subur. Kalau enterpreneur jenius, dari sejak ide sudah jadi duit. Leverage-nya ada di ide itu sendiri.

Percayalah, nggak enak kalau bisnis kemasukan duit dari luar. Leverage bisnis Anda sebisa mungkin dengan otak dan network. Kalo bisa minjem aja, pinjem. Kalo gak bisa pinjem, skema kerjasama terbatas waktu. Kalo gak bisa juga, baru deh investor.

Sekedar motivasi: Saya baru-baru ini deal bisnis “tanpa” modal pribadi dan pinjaman bank, senilai omset kurang lebih sekitar 2 juta dollar. Artinya bisnis saya ketambahan omset segitu, dari deal yang terjadi. Be creative. Hal ini memungkinkan dan tidak mustahil. 

6. Don’t ever, ever, skip the rules.

Ikuti aturan yang sudah standar dan proven di negara dalam membangun bisnis:

  • Bisnis harus ada badan usaha legal
  • Pasal per pasal dibaca dan diikuti
  • Peraturan dalam akta pendirian diikuti
  • Keuangan dicatat DAN direncanakan (budgeting) dengan baik
  • dll semua tercantum dalam akta pendirian dan dijelaskan oleh notaris

Kebanyakan pengusaha pemula, akadnya bikin-bikin sendiri. Padahal di notaris sudah jelas. Mau bisnis ya pakai badan usaha. Sudah ada regulasinya kalau PT itu bagaimana, kalau CV bagaimana. Makanya ada persidangannya sendiri untuk masalah sengketa bisnis, karena memang sudah ada aturannya. Tertib.

Pakai surat-surat modifikasi sendiri, lalu sok-sokan bikin skema sendiri. PT dianggap sebagai angin lalu, hanya persyaratan semata. Padahal justru itu kuncinya! Perjanjian itulah yang dicatat di mata hukum, dan akan menyelamatkan Anda kalau nantinya terjadi apa-apa.

Saya bisnis di Amerika, bisnisnya belum jalan, paperwork-nya sudah lebih dari 20 yang harus ditandatangani. Termasuk di dalamnya ada Non-Disclosure Agreement, Business Insurance Agreement, dan sebagainya. Buanyak. Artinya, itu memang cara berbisnis yang benar sesuai sunnah nabi: akadnya dulu harus jelas di awal.

7. Bayar pajak. Bayar. Saya nggak mau ngemplang.

Pengusaha yang tidak akur dengan orang pajak, akan menderita di masa akhirnya. Kenapa? Orang yang mengemplang pajak akan terus menerus dihantui rasa takut ketahuan. Cepat atau lambat, ya pasti ketahuan.

Ketika Anda bisnis, pasti dapat untung kan? Nah keuntungannya untuk beli apa?

Beli tanah pakai pajak. Beli rumah pakai pajak. Beli mobil pakai pajak. Membeli apapun di Indonesia ini, menggunakan pajak dan tercatat.

Orang pajak akan mulai bertanya-tanya, kok ada orang yang tidak ada catatan pembayaran pajaknya tapi membeli ini dan itu?

Dari situ, mulailah identitas Anda akan diidentifikasi oleh orang pajak. Kalau sudah begitu, biasanya tidak ada ampun. Saya ada relasi yang “dimiskinkan” oleh pajak karena sembunyi-sembunyi selama 8 tahun. Akhirnya kena juga.

8. Saya harus memiliki 4 “ISTRI” yang mengelilingi bisnis saya

Wah maksudnya gimana mas Army?

  • Istri beneran. Ini fungsinya menemani dan mengingatkan saya secara emosional. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kehadiran istri berperan sangat besar dalam manajemen emosi kita.
  • Pihak bank. Uang kita semuanya ada di bank. Biasanya bank punya skema-skema khusus yang memudahkan kita dalam melakukan pembayaran dengan pihak lain. Bank juga bisa mempermudah kita untuk tidak perlu antri, mempercepat segala proses urusan yang hubungannya dengan pemindahan dana.
  • Orang hukum. Orang hukum akan membantu membentengi bisnis Anda dari orang-orang yang ingin menghancurkan baik dari dalam ataupun luar. Orang hukum juga akan membantu Anda dalam melakukan kerjasama dengan pihak lain.
  • Orang tax planner. Mereka akan melindungi Anda untuk mengoptimalkan pembayaran pajak. Kadang-kadang kita sering salah dalam membayar pajak sehingga berlebihan. Berlebih ataupun kurang, sama-sama akan memberikan Anda masalah. Maka dari itu penting kehadiran seorang tax planner.

9. Jangan pernah menarik uang ke dalam rekening pribadi kecuali gaji dan dividen (yang diatur di awal pembuatan usaha)

Kalau bisnis Anda mau hancur dengan cepat, silakan tarik semua keuntungannya dan gunakan foya-foya; membeli rumah baru, mobil baru, dst.

Lho terus gunanya bisnis apa mas?

Ada waktunya. Gaya hidup Anda mengikuti gaji dan dividen bisnis Anda. Kalau baru bisa menggaji diri sendiri 5 juta, ya hiduplah dengan standar 5 juta. Meskipun keuntungan perusahaan sudah besar.

Dengan begitu, seluruh karyawan Anda akan respek terhadap Anda, dan mereka akan betah di dalam bisnis Anda. Kenapa? Karena ownernya punya komitmen untuk membesarkan perusahaan, bukan untuk “memperkaya diri sendiri”. Saya beri tanda petik maksudnya adalah, ya betul Anda akan semakin kaya ketika bisnis Anda membesar. Kaya secara aset di perusahaan. Tapi kalau perusahaan yang membesar maka karyawan Anda akan kecipratan juga. Sedangkan kalau Anda tarik terus uang perusahaan, artinya Anda mau kaya sendirian.

10. Hidup saya harus sederhana.

Dengan hidup secara sederhana, Anda menunjukkan contoh yang baik kepada karyawan Anda. Sederhana artinya bukan melarat. Tapi tidak berlebihan menurut standar umum.

Owner yang sederhana akan menciptakan perusahaan yang kuat. Perusahaan yang kuat, dalam jangka panjang akan mampu menanggung beban banyak orang, baik karyawan, keluarga karyawan, ataupun seluruh orang-orang yang terdampak dari kegiatan yang ditimbulkan oleh perusahaan.

Bisnis saya dan Anda, harus jadi saluran hidup buat orang banyak.

It’s all about control myself.

Scroll to Top